CeritaSingkat Damarwulan. Alkisah Rakyat ~ Patih Hudara adalah seorang patih di Kerajaan Majapahit. Namun, karena merasa kurang mampu melaksanakan tugasnya, beliau mengundurkan diri. Waktu berjalan terus. Putra Hudara yang bernama Damarwulan pun tumbuh menjadi laki-laki dewasa. Damarwulan sangat ingin mengabdikan dirinya pada Kerajaan Majapahit.
CeritaRakyat Dari Kalimantan Sekatan di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Terbaik akan kami posting di hari ini untuk melengkapi koleksi Cerita Rakyat Nusantara lainnya. Kalimantan Selatan adalah satu dari sekian propinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Disini hutan-hutan terhampar indah laksana permadani. Di tengah hutan tersebut hidup beraneka ragam tumbuhan dan hewan. Salah satu hewan yang sangat terkenal adalah burung punai. Menurut masyarakat setempat, asal muasal keberadaan burung punai di daerah ini sering dihubungkan dengan cerita rakyat Datu Pulut Asal Mula Burung Punai. Alur cerita ini mirip dengan cerita Mahligai Keloyang dan Putri Mambang Linau di Propinsi Riau. Dalam cerita tersebut dikisahkan bahwa seorang pemuda mendapati tujuh orang putri yang hendak mandi di telaga turun dari Kahyangan. Pada saat putri tersebut sedang asyik mandi, dengan hati-hati sang Pemuda mengambil salah satu selendang yang diletakkan di pinggir telaga. Setelah beberapa lama mandi, hari pun mulai senja. Saatnya ketujuh putri tersebut kembali ke Kahyangan. Namun ketika mereka ingin kembali, salah satu dari ketujuh putri tersebut tidak bisa terbang ke angkasa, karena selendangnya telah diambil oleh sang Pemuda. Akhirnya, putri yang malang itu kemudian ditinggalkan oleh keenam saudaranya di bumi sendirian. Pemuda yang telah mengambil selendangnya itu kemudian menemui sang Putri dan mengajaknya untuk menikah. Di akhir cerita, mereka berpisah setelah dikaruniai anak. Sang Putri kembali ke tempat asalnya di Kahyangan meninggalkan suami dan anaknya di bumi. Masyarakat pendukung cerita tersebut, biasanya mengaitkannya dengan asal mula terjadinya sesuatu. Seperti dalam cerita Mahligai Keloyang, yang telah melahirkan nama Kecamatan Kelayang; dan cerita Putri Mambang Linau, yang telah melahirkan nama tarian Olang-olang di Riau. Demikian pula cerita Dutu Pulut yang telah melahirkan sebuah nama burung yang dikenal dengan burung punai. Kata “punai” diambil dari nama sebuah pohon di daerah Kalimantan Selatan yang disebut pohon berunai. Sesuai dengan pesan sang Bidadari, setiap kali anaknya menangis, Datu Pulut harus membuat ayunan untuk anaknya di atas pohon berunai. Pada saat itulah sang Bidadari yang dikawal keenam saudaranya datang menyusui anaknya. Tapi dengan syarat, Datu Pulut tidak boleh mendekat, apalagi menyentuhnya. Namun, Datu Pulut melanggar larangan itu. Ketika istrinya sedang menyusui anaknya, Datu Pulut mendekat dan menyentuh sang Bidadari. Ketika itu pula, tiba-tiba sang Bidadari dan keenam saudaranya menjelma menjadi burung punai. Kenapa Datu Pulut melanggar larangan itu? Untuk mengetahui jawabannya, ikuti kisahnya dalam cerita Datu Pulut Asal Mula Burung Punai berikut ini. Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Terbaik Asal Mula Burung Punai Konon, di daerah Kalimantan Selatan, tersebutlah seorang pemuda pengembara yang bernama Andin. Ia adalah anak sebatang kara, tidak punya Abah dan Uma. Ia juga tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Ia mengembara dari satu desa ke desa lain, menjelajahi hutan belantara dan melewati berbagai negeri seorang diri. Suatu hari, tibalah Andin di Desa Pakan Dalam yang berawa-rawa dan bersungai. Di permukaan rawa-rawa itu terlihat pemandangan yang sangat indah. Beraneka ragam bunga yang tumbuh mekar dan harum, sehingga burung yang senang mengunjungi daerah itu. Karena banyak burung yang cantik dan merdu di desa itu, banyak penduduk yang bekerja mamulut burung. Melihat kehidupan masyarakat di daerah itu makmur, maka Andin pun memutuskan menetap di sana. “Ah, lebih baik aku menetap di sini saja. Aku tidak akan kesulitan menghidupi diriku,” gumam Andin. Meskipun tidak memiliki lahan untuk bertani atau beternak hewan, ia masih memiliki sebuah harapan yaitu mamulut burung. Dari situlah ia bisa menghidupi dirinya. cerita rakyat kalimantan selatan terpopuler Hari dan bulan telah berganti. Tak terasa, sudah satu tahun Andin menetap di Pakan Dalam. Penduduk setempat sangat menyukai Andin, karena perangainya baik dan santun. Setiap hari Andin pergi mamulut burung. Pagi-pagi sekali ia sudah berangkat, dan kembali setelah hari mulai senja. Karena setiap hari pergi mamulut burung, penduduk desa memanggil Andin dengan sebutan Andin Pulut. Karena keahlian Andin mamulut burung tidak ada yang menandingi di desa itu, maka sebagian besar penduduk memanggilnya Datu Pulut. Artinya, orang yang sangat pandai dan berpengalaman mamulut burung. Seperti biasa, pagi itu Datu Pulut bersiap-siap berangkat mamulut. Tak berapa lama kemudian, ia sudah terlihat di atas jukungnya menuju hilir. Ia terus mengayuh jukungnya menyusuri sungai. Setelah menemukan tempat yang cocok, ia pun turun dari jukungnya. Lalu, ia memasang pulut di sejumlah pohon di pinggir sungai. Setelah itu, ia kembali ke jukungnya menunggu pulutnya terkena burung sambil tiduran . Tengah asyik tiduran, tiba-tiba hujan turun. Ia pun cepat-cepat naik ke daratan. Tak jauh dari tempatnya memasang pulut, ditemukannya beberapa pohon yang besar lagi rindang. Di bawah pepohonan itu terdapat sebuah telaga yang cukup luas dan berair jernih. Ia sangat senang menemukan tempat berteduh yang nyaman. “Aha…, aku dapat berteduh di sini sambil menunggu hujan reda,” gumam Datu Pulut. Beberapa saat kemudian, hujan pun mulai reda. Datu Pulut kemudian manukui jebakan pulutnya. Namun, saat akan beranjak dari tempatnya, tiba-tiba ia mendengar suara perempuan yang sedang bergembira. Tanpa pikir panjang, ia cepat-cepat bersembunyi di balik pohon seraya mengintip. Kini suara itu semakin jelas dan semakin dekat. Tiba-tiba ia tersentak ketika melihat tujuh bidadari melayang-layang turun dari langit menuju telaga. Ketujuh bidadari tersebut mengenakan selendang berwarna pelangi. Dari ketujuh bidadari tersebut, bidadari yang berselendang warna jinggalah yang paling cantik. Datu Pulut sangat terpesona melihatnya. “Aduhai, cantik sekali bidadari yang berselendang jingga itu,” gumam Datu Pulut takjub. Para bidadari itu turun dan meletakkan selendangnya di atas bebatuan. Mereka mandi sambil bercengkerama dan bersuka ria. Pada saat itulah, Datu Pulut memanfaatkan kesempatan. Dengan hati-hati, ia mengambil selendang yang berwarna jingga itu, lalu dimasukkannya ke dalam butahnya. Kemudian, ia cepat-cepat kembali bersembunyi di balik pohon. Tak terasa, hari mulai senja. Saatnya bidadari tersebut kembali ke Kahyangan. Satu per satu mereka mengenakan kembali selendangnya. Tetapi bidadari yang tercantik itu tidak menemukan selendangnya. Saudara-saudaranya turut membantu mencari ke sana ke mari. Namun tak kunjung mereka temukan. Hari pun semakin senja. Keenam bidadari tersebut terpaksa meninggalkan bidadari cantik yang malang itu seorang diri. Bidadari yang cantik itu sangat sedih ditinggal oleh saudara-saudaranya. “Abah, Uma, tolong ananda. Ananda takut sendirian di bumi ini. Kenapa nasib ananda begini malangnya?” Bidadari itu terus menangis meratapi nasibnya. Datu Pulut merasa iba melihat bidadari itu. Ia pun segera keluar dari tempatnya bersembunyi, lalu menghampirinya. “Apa yang telah terjadi, Adingku? Mengapa berada di tepi telaga seorang diri?” sapa Datu Pulut pura-pura tidak tahu kejadian yang menimpa sang Bidadari. “Selendang saya hilang, tuan! Tahukah tuan dimana selendang saya?” bertanya pula bidadari itu. Datu Pulut tidak menjawab pertanyaan itu, ia tidak ingin sang Bidadari kembali ke Kahyangan. Lalu diajaknya sang Bidadari pulang bersamanya. Setelah sampai di gubuk reyotnya, Datu Pulut bercerita kepada sang Bidadari bahwa ia belum berkeluarga dan berniat untuk memperistrinya. “Wahai, Adingku! Bersediakah kamu menjadi istriku?” tanya Datu Pulut kepada bidadari. Mendengar pertanyaan itu, sang Bidadari pun bersedia menikah dengan Datu Pulut, karena ia tidak mungkin kembali ke Kahyangan tanpa selendangnya. Setelah itu, mereka hidup bahagia dan saling menyayangi. Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik jelita. Maka semakin lengkaplah kebahagiaan keluarga itu. Datu Pulut semakin rajin dan bersemangat bekerja. Ia sering pergi mamulut hingga petang. Sementara, bidadari menyiapkan berbagai masakan yang lezat untuk suaminya. Pada suatu hari, sang Bidadari hendak menanak nasi. Namun, persediaan beras di padaringan habis. “Tidak biasanya Kaka lupa mengisi beras di padaringan. Ini kok habis?” kata sang Bidadari dalam hati. Kemudian, ia masuk ke dalam kindai untuk mengambil padi. Sejak menikah dengan Datu Pulut, ia tidak pernah mengambil padi di tempat itu. Baru mengambil padi beberapa takaran, sang Bidadari terpana melihat sebuah butah tergeletak di sela-sela timbunan biji padi. Ia penasaran ingin mengetahui isi butah itu. Maka dibukanya tutup butah itu. Tanpa diduga-duga, dilihatnya selendang kahyangannya. Kini, sang Bidadari tersadar, ternyata suaminyalah yang telah mengambil seledangnya beberapa tahun yang lalu. Ia pun Kahimungan, dan segera menyimpan selendang itu baik-baik. Menjelang senja, Datu Pulut pun datang membawa hasil pulutannya. Sang Bidadari menyambutnya seperti biasanya, sehingga Datu Pulut tidak curiga sedikit pun, jika istrinya telah menemukan selendang kahyangannya. Malam semakin larut, Datu Pulut sudah tertidur pulas di samping anaknya, karena letih mamulut sepanjang hari. Sang Bidadari masih belum juga dapat memejamkan matanya. Pikirannya melayang-layang, teringat orang tua dan saudara-saudaranya di negeri Kahyangan. Perasaannya bercampur baur, sedih dan bimbang. Ia ingin kembali ke negeri asalnya, tetapi tidak tega meninggalkan suami dan anaknya. “Oh… Abah, Umah! Aku sangat merindukan kalian. Tapi bagaimana dengan nasib anak dan suamiku jika aku meninggalkan mereka?” keluh sang Bidadari kebingungan. Namun, sang Bidadari harus mengambil keputusan antara kembali ke kahyangan atau tinggal di bumi. Akhirnya, setelah dipikir-pikir ia pun memutuskan meninggalkan bumi. “Aku harus kembali ke Kahyangan,” tegas sang Bidadari dalam hati. Keesokan harinya, Datu Pulut pulang dari mamalut. Ia tersentak kaget ketika melihat istrinya sudah berpakaian lengkap dengan selendang warna jingganya sambil mendekap anak mereka. Belum sempat Datu Pulut berkata-kata, sang Bidadari langsung berpesan kepadanya, “Maafkan Ading, Kaka! Ading harus kembali ke Kahyangan. Peliharalah putri kita baik-baik. Jika ia menangis, buatkanlah ayunan di pohon berunai. Saat itu Ading akan datang menyusuinya, dengan syarat Kaka tidak boleh mendekat.” Mendengar pesan istrinya, Datu Pulut pun berjanji untuk selalu mengingat pesan itu. Sesaat kemudian, tiba-tiba sang Bidadari terbang melayang ke angkasa meninggalkan suami dan putri tercintanya. Sejak saat itu, jika putrinya menangis, Datu Pulut segera membuatkan ayunan di pohon berunai yang tak jauh gubuknya. Tak lama setelah itu, datanglah istrinya untuk menyusui anaknya dengan dikawal oleh saudara-saudaranya. Datu Pulut hanya bisa melihat dari arah jauh dengan penuh kesabaran. Meskipun sebenarnya ia sangat merindukan istrinya, perasaan itu terpaksa ia pendam dalam hati. Tanpa terasa, beberapa bulan telah berlalu. Setiap manusia memiliki batas kesabaran. Datu Pulut tidak bisa lagi menahan rasa rindunya kepada istrinya. Pada suatu hari, saat istrinya sedang menyusui anaknya, secara diam-diam Datu Pulut mendekat. Rupanya ia lupa pada pesan istrinya. Pada saat ia akan menyentuh istrinya, tiba-tiba terjadi keajaiban yang sangat luar biasa. Sang Bidadari dan saudara-saudaranya berubah menjadi tujuh ekor burung punai. Ketujuh burung itu pun terbang ke alam bebas dan meninggalkan Datu Pulut beserta putrinya. Datu Pulut hanya mampu menyesali dirinya. Namun apa hendak dikata, nasi sudah menjadi bubur. Setiap kali putrinya menangis, ia membawanya ke bawah pohon berunai. Namun, istrinya yang telah menjadi burung punai tak pernah datang lagi. ——– Menurut kisah diatas burung punai yang ada di daerah Kalimantan Selatan merupakan penjelmaan dari tujuh bidadari cantik yang jelita. Konon, sampai saat ini sebagian penduduk di Desa Pakan Dalam, Kecamatan Daha Utara, tidak mau memakan burung punai, sebab mereka menganggap burung punai itu penjelmaan bidadari. Adapun hikmah yang dapat diambil untuk dijadikan sebagai suri tauladan dalam cerita rakya dari Kalimantan Selatan ini adalah bahwa kita harus memiliki perangai yang baik dan santun, dan suka bekerja keras. Sifat-sifat ini tercermin pada sifat Datu Pulut. Ia memiliki sifat baik hati dan sopan santun, sehingga ia disenangi oleh seluruh masyarakat yang ada di sekitarnya. Sifat suka bekerja keras juga tercermin pada sifat Datu Pulut, ia sangat rajin mamulut burung. Pagi-pagi sekali, ia sudah berangkat mamulut dan baru pulang ketika hari menjelang senja. Bekerja keras memang menjadi kewajiban dan tanggung jawab setiap orang. Orang yang suka bekerja keras hidupnya akan makmur. Orang tua-tua Melayu pernah mengatakan bahwa kejayaan orang Melayu ditentukan oleh ketekunan dan kesungguhan mereka dalam bekerja. Dalam ungkapan dikatakan, “kalau Melayu hendak berjaya, bekerja dengan sesungguhnya,” “siapa rajin, hidup terjamin,” atau “siapa tekun berdaun rimbun.” Bagi orang Melayu, bekerja mencari nafkah sangat diutamakan dan dijadikan tolok ukur dalam menilai atau melihat kepribadian seseorang. Siapa yang mau bekerja keras, rajin, dan bersungguh hati dianggap sebagai teladan dan bertanggung jawab, serta dihormati oleh anggota masyarakatnya. Di dalam tunjuk ajar Melayu, keutamaan bekerja keras, rajin, dan tabah cukup banyak disebutkan. Tenas Effendy dalam bukunya Tunjuk Ajar Melayu juga banyak menyebutkannya, di antaranya apa tanda Melayu jati, bekerja keras di mana pun jadi apa tanda Melayu bertuah, rajin bekerja mencari nafkah apa tanda Melayu terpilih, bekerja keras mencari bekalan Dalam buku itu, Tenas Effendy juga melantunkannya dalam bentuk syiar, di antaranya wahai ananda dengarkan amanah, bekerja keras janganlah lengah supayat hidupmu beroleh berkah dunia akhirat mendapat faedah wahai ananda cahaya mata, rajin dan tekun dalam bekerja penat dan letih usah dikira supaya kelak hidupmu sejahtera Tenas Effendy juga melantunkannya dalam beberapa untaian pantun, di antaranya banyak raja banyak rakyatnya rakyat melimpah serata negeri elok kerja banyak manfaatnya manfaat menjadi tuahnya diri apa tanda parang berbaja kalau diasah bajanya nampak apa kelebihan orang bekerja ke tengah ke tepi tiada tercampak Kamus kecil Mamulut menjerat burung dengan getah Jukung sampan Manukui melihat, memeriksa jerat Butah keranjang kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kulit bambu yang dianyam Abah ayah Uma ibu Ading adik, panggilan suami untuk istrinya Padaringan tempat untuk menyimpan beras Kindai lumbung tempat menyimpan padi. Kaka kakak; panggilan istri untuk suaminya * * * Sumber dari cerita rakyat kalimantan selatan terpopuler adalah Isi cerita diringkas dari Rohliansyah, Pahmi. 2006. Datu Pulut Asal Mula Burung Punai. Yogyakarta AdiCita Karya Nusa Tenas Effendy. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Penerbit AdiCita Karya Nusa.
CeritaRakyat Kalimantan Tengah. Dalam keadaan geram ia pun mengutuki keturunannya,yang dalam waktu singkat akan mati seluruhnya dalam suatu pertikaian di antara sesamanya.Sebelum sangi menceburkan dirinya ke sungai Kahayan bagian hulu untuk menjadi penjaganya,ia masih sempat mengambil harta pusakanya yang di simpan dalam satu guci Cina Kisah Asal Usul Banjarmasin Kalimantan SelatanPada zaman dahulu berdirilah sebuah kerajaan bernama Nagara Daha. Kerajaan itu didirikan Putri Kalungsu bersama putranya, Raden Sari Kaburangan alias Sekar Sungsang yang bergelar Panji Agung Maharaja Sari Kaburangan. Konon, Sekar Sungsang seorang penganut Syiwa. la mendirikan candi dan lingga terbesar di Kalimantan Selatan. Candi yang didirikan itu bernama Candi Laras. Pengganti Sekar Sungsang adalah Maharaja Sukarama. Pada masa pemerintahannya, pergolakan berlangsung terus-menerus. Walaupun Maharaja Sukarama mengamanatkan agar cucunya, Pangeran Samudera, kelak menggantikan tahta, Pangeran Mangkubumi-lah yang naik tidak hentinya mengalami kekacauan karena perebutan kekuasaan. Konon, siapa pun menduduki takhta akan merasa tidak aman dari rongrongan. Pangeran Mangkubumi akhirnya terbunuh dalam suatu usaha perebutan kekuasaan. Sejak itu, Pangeran Tumenggung menjadi penguasa kerajaan yang sah, Pangeran Samudera, pasti tidak aman jika tetap tinggal dalam Lingkungan kerajaan. Atas bantuan patih Kerajaan Nagara Daha, Pangeran Samudera melarikan diri. Ia menyamar dan hidup di daerah sepi di sekitar muara Sungai Barito. Dari Muara Bahan, bandar utama Nagara Daha, mengikuti aliran sungai hingga ke muara Sungai Barito, terdapat kampung-kampung yang berbanjar-banjar atau berderet-deret melintasi tepi-tepi sungai. Kampung-kampung itu adalah Balandean, Sarapat, Muhur, Tamban, Kuin, Balitung, dan antara kampung-kampung itu, Banjar-lah yang paling bagus letaknya. Kampung Banjar dibentuk oleh lima aliran sungai yang muaranya bertemu di Sungai letaknya yang bagus, kampung Banjar kemudian berkembang menjadi bandar, kota perdagangan yang ramai dikunjungi kapal-kapal dagang dari berbagai negeri. Bandar itu di bawah kekuasaan seorang patih yang biasa disebut Patih Masih. Bandar itu juga dikenal dengan nama Bandar Masih mengetahui bahwa Pangeran Samudera, pemegang hak atas Nagara Daha yang sah, ada di wilayahnya. Kemudian, ia mengajak Patih Balit, Patih Muhur, Patih Balitung, dan Patih Kuin untuk berunding. Mereka bersepakat mencari Pangeran Samudera di tempat persembunyiannya untuk dinobatkan menjadi raja, memenuhi wasiat Maharaja diangkatnya Pangeran Samudera menjadi raja dan Bandar Masih sebagai pusat kerajaan sekaligus bandar perdagangan, semakin terdesaklah kedudukan Pangeran Tumenggung. Apalagi para patih tidak mengakuinya lagi sebagai raja yang sah. Mereka pun tidak rela menyerahkan upeti kepada Pangeran Tumenggung di Nagara Tumenggung tidak tinggal diam menghadapi keadaan itu. Tentara dan armada diturunkannya ke Sungai Barito sehingga terjadilah pertempuran besar-besaran. Peperangan berlanjut terus, belum ada kepastian pihak mana yang menang. Patih menyarankan kepada Pangeran Samudera agar minta bantuan ke Demak. Konon menurut Patih Masih, saat itu Demak menjadi penakluk kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa dan menjadi kerajaan terkuat setelah Samudera pun mengirim Patih Balit ke Demak. Demak setuju nnemberikan bantuan, asalkan Pangeran Samudera setuju dengan syarat yang mereka ajukan, yaitu mau memeluk agama Islam. Pangeran Samudera bersedia menerima syarat itu. Kemudian, sebuah armada besar pun pergi menyerang pusat Kerajaan Nagara Daha. Armada besar itu terdiri atas tentara Demak dan sekutunya dari seluruh Kalimantan, yang membantu Pangeran Samudera dan para patih pendukungnya. Kontak senjata pertama terjadi di Sangiang Gantung. Pangeran Tumenggung berhasil dipukul mundur dan bertahan di muara Sungai Amandit dan Alai. Korban berjatuhan di kedua belah pihak. Panji-panji Pangeran Samudera, Tatunggul Wulung Wanara Putih, semakin banyak berkibar di tempat-tempat Arya Terenggana, Patih Nagara Dipa, sedih melihat demikian banyak korban rakyat jelata dari kedua belah pihak. Ia mengusulkan kepada Pangeran Tumenggung suatu cara untuk mempercepat selesainya peperangan, yakni melalui perang tanding atau duel antara kedua raja yang bertikai. Cara itu diusulkan untuk menghindari semakin banyaknya korban di kedua belah pihak. Pihak yang kalah harus mengakui kedaulatan pihak yang menang. Usul Arya Terenggana ini diterima kedua belah Tumenggung dan Pangeran Samudera naik sebuah perahu yang disebut talangkasan. Perahu-perahu itu dikemudikan oleh panglima kedua, belah pihak. Kedua pangeran itu memakai pakaian perang serta membawa parang, sumpitan, keris, dan perisai atau saling berhadapan di Sungai Parit Basar. Pangeran Tumenggung dengan nafsu angkaranya ingin membunuh Pangeran Samudera. Sebaliknya, Pangeran Samudera tidak tega berkelahi melawan pamannya. Pangeran Samudera mempersilakan pamannya untuk membunuhnya. Ia rela mati di tangan orang tua yang pada dasarnya tetap diakui sebagai luluh juga hati Pangeran Tumenggung. Kesadarannya muncul. la mampu menatap Pangeran Samudera bukan sebagai musuh, tetapi sebagai keponakannya yang di dalam tubuhnya mengalir darahnya sendiri. Pangeran Tumenggung melemparkan senjatanya. Kemudian, Pangeran Samudera dipeluk. Mereka hati tulus, Pangeran Tumenggung menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Samudera. Artinya, Nagara Daha ada di tangan Pangeran Samudera. Akan tetapi, Pangeran Samudera bertekad menjadikan Bandar Masih atau Banjar Masih sebagai pusat pemerintahan sebab bandar itu lebih dekat dengan muara Sungai Barito yang telah berkembang menjadi kota perdagangan. Tidak hanya itu, rakyat Nagara Daha pun dibawa ke Bandar Masih atau Banjar Masih. Pangeran Tumenggung diberi daerah kekuasaan di Batang Alai dengan seribu orang penduduk sebagai rakyatnya. Nagara Daha pun menjadi daerah seorang raja yang beragama Islam, Pangeran Samudera mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah. Hari kemenangan Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah, 24 September 1526, dijadikan hari jadi kota Banjar Masih atau Bandar setiap kemarau landang panjang air menjadi masin asin, lama-kelamaan nama Bandar Masih atau Banjar Masih menjadi Sultan Suriansyah pun meninggal. Makamnya sampai sekarang terpelihara dengan baik dan ramai dikunjungi orang. Letaknya di Kuin Utara, di pinggir Sungai Kuin, Kecamatan Banjar Utara, Kota Madya Daerah Tingkat II tanggal 24 September Wali Kota Madya Banjarmasin dan para pejabat berziarah ke makam itu untuk memperingati kemenangan Sultan Suriansyah atas Pangeran Tumenggung. Sultan Suriansyah adalah sultan atau raja Banjar pertama yang beragama Islam.BaritoKuala adalah salah kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan. Di daerah ini terdapat beberapa pulau yang terletak di tengah-tengah Sungai Barito yang membelah Kabupaten Barito Kuala. Kumpulan Cerita Rakyat di 00.06. Tidak ada komentar: Posting Komentar. Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda. Langganan: Posting Komentar (Atom
Sama seperti daerah-daerah lainnya, Kalimantan Selatan juga memiliki kisah yang seru untuk disimak. Salah satunya adalah cerita rakyat Pangeran Biawak ini. Penasaran seperti apa? Mending langsung disimak saja kisah lengkapnya berikut Biawak adalah sebuah cerita rakyat asal Kalimantan Selatan. Kalau mungkin merasa kurang familier atau belum pernah membacanya, maka nanti kamu bisa menyimaknya di yang mengajarkan untuk tak meremehkan penampilan fisik orang lain ini seru banget, lho. Cocok jika kamu dongengkan kembali untuk adik, sepupu, keponakan, atau anakmu. Terlebih lagi, cerita ini memiliki nilai moral yang dapat dipetik dan diterapkan dalam kehidupan gimana kisah lengkapnya? Daripada kelamaan dan makin penasaran, kamu bisa langsung menyimak ringkasan, penjelasan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya berikut ini, ya! Selamat membaca! Sumber YouTube – Dongeng Kita Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaa di tepi sungai yang diperintah oleh seorang raja yang bijak dan baik hati. Raja tersebut memiliki tujuh orang putri yang semuanya berwajah cantik. Kian hari, usia raja sudah tak muda lagi. Anak-anak perempuannya sudah cukup umur untuk menikah. Namun hingga kini, belum ada laki-laki yang mau meminang mereka. Hal tersebut tentu saja membuat raja khawatir. Kalau nanti tiada, ia takut tidak akan ada yang menjaga anak-anaknya. Sebenarnya, para putri tersebut memang belum berniat untuk menikah. Mereka merasa belum menemukan seseorang yang cocok. Maka dari itu, sang raja kemudian memikirkan suatu cara supaya anak-anaknya menemukan pria yang cocok. Ia kemudian berpikiran untuk mengadakan sayembara. Pesertanya nanti tentu saja boleh dari kalangan mana pun. Mau miskin atau kaya, rakyat jelata atau bangsawan, semuanya boleh mengikuti sayembara tersebut. Kalau berhasil, mereka tentu saja akan mendapatkan hadiah. Nanti, laki-laki yang berhasil memenangkannya akan dinikahkan dengan salah satu putrinya. Syaratnya tentu saja tidak akan mudah. Mau tahu apakah itu? Laki-laki yang mengikuti sayembara tersebut harus berhasil membangun sebuah istana megah di seberang sungai dalam waktu yang singkat. Perihal Sayembara Para pengawal kemudian mengumumkan sayembara tersebut. Mereka menyebarkannya hingga ke pelosok desa. Setelah sayembara diumumkan, beberapa hari kemudian datanglah enam pemuda yang menyanggupi persyaratan tersebut. Masing-masing dari mereka harus menyelesaikan sebuah istana megah. Ajaibnya, dalam waktu yang cukup singkat, mereka bisa dengan mudah membangun istana tersebut. Namun, sepertinya masih ada yang kurang. Jembatan untuk menghubungkan istana utama dan enam istana yang baru dibangun belum ada. Maka dari itu, raja menunggu seorang pemuda lagi yang sanggup untuk membuatkan jembatan tersebut. Tak lama kemudian, datanglah seorang ibu tua yang membawa seekor biawak. “Ampun, Paduka. Hamba datang ke sini untuk mengikuti sayembara. Anak hamba sanggup untuk membangunkan sebuah jembatan besar seperti yang Baginda inginkan,” katanya. Raja tersebut menjawab dengan bijak. “Sayembara ini terbuka untuk siapa pun, termasuk anakmu.” “Meskipun hamba hanya seorang yang begitu rendah dan miskin?” tanya perempuan tua itu lagi. “Aku bukanlah orang yang suka membeda-bedakan. Aku juga memegang teguh janjiku. Kalau anakmu memang bisa membangun jembatan itu, maka ia akan kunikahkan dengan salah satu putriku.” Baca juga Legenda Asal-Usul Pulau Senua dan Ulasan Menariknya, Pulau yang Berbentuk Seperti Ibu Hamil Seekor Biawak Sumber YouTube – Dongeng Kita Setelah mendengarkan perkataan raja, wanita tua tersebut kemudian berbicara kepada biawak yang dibawanya. “Anakku, kamu sudah mendengar sendiri ucapan Paduka Raja, kan? Sekarang, buktikanlah kesanggupanmu itu.” Semua orang yang ada di istana, termasuk raja, begitu terkejut ketika mengetahui kalau anak yang dimaksud wanita tua itu ternyata seekor biawak. Mereka semakin terkejut ketika mengetahui kalau biawak tersebut dapat berbicara. “Baiklah, Ibu. Saya menyanggupi persyaratan dari Paduka Raja. Saya mohon restu, ya, Bu,” katanya. Tak ingin membuang-buang waktu, Biawak kemudian memulai pekerjaannya. Ia ternyata memiliki kesaktian yang luar biasa. Ia berhasil membangun jembatan penghubung hanya dalam waktu kurang dari semalam. Dirinya pun kemudian dinyatakan sebagai pemenang. Memilih Biawak Sesuai yang telah dijanjikan, si Biawak tentu berhak untuk menikahi salah seorang putri raja. Raja lalu bertanya kepada putri-putrinya mengenai siapa yang mau menikah dengan biawak tersebut. Sayang sekali, putri sulung hingga putri keenam raja menolak untuk dijadikan istri oleh biawak. Harapan terakhirnya kemudian jatuh ke putri bungsu. Tanyanya, “Bagaimana denganmu, Anakku? Apakah kamu juga menolak menikah dengan biawak yang memenangkan sayembara itu?” Berbeda dengan kakak-kakaknya, si bungsu tersenyum dan menjawab, “Ayah, sesungguhnya ucapan seorang raja haruslah terlaksana. Jika kakak-kakak tidak mau, hamba bersedia menikah dengan putra dari ibu itu.” Sebenarnya, Paduka Raja agak tidak ikhlas membiarkan putri bungsunya menikah dengan Biawak. Akan tetapi, janji memang harus ditepati. Akhirnya, ia merelakan si Bungsu untuk menikah dengan si Biawak. Baca juga Kisah Ikan Sakti Sungai Janiah dan Ulasan Menariknya, Ketika Anak Tak Menuruti Perintah Ibunya Pernikahan Putri Bungsu dan Biawak Raja kemudian menggelar pesta yang cukup meriah untuk merayakan pernikahan putri bungsunya itu. Setelah pesta usai, Putri Bungsu lalu menempati kemarnya bersama bersama Biawak. Saking lelahnya, Putri Bungsu pun tertidur. Sementara itu, Biawak hanya berdiam di sudut ruangan. Saat tengah malam tiba, Putri Bungsu yang sedang tertidur tiba-tiba bangun. Saat menoleh ke samping, ia kaget sekali ketika mendapati ada seorang laki-laki berwajah tampan berbaring di sampingnya. Wanita itu kemudian berteriak begitu keras dan menyebutkan ada orang asing di kamarnya. Hal itu tentu saja membuat para pengawal berdatangan. Namun, sesampainya di kamar para pengawal tidak mendapati ada orang asing di sana. Sang putri juga merasa heran karena laki-laki yang berbaring di sampingnya tiba-tiba saja menghilang. Ia kemudian menjadi sangat penasaran dan bertanya-tanya. Apakah dirinya hanya bermimpi? Tapi, ia bisa dengan jelas melihat pria tampan itu. Yang lebih mengherankan lagi, ia juga tidak menemukan suaminya yang berwujud biawak di kamar. Pokoknya, ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Rahasia yang Terungkap Keesokan malamnya, Putri Bungsu berpura-pura untuk tidur lebih awal. Ketika merasakan gerakan di tempat tidur, ia kemudian menggerakkan tubuhnya untuk menghadap ke sang suami. Ia melihat laki-laki tampan itu lagi yang seperti hendak kabur. Ia lalu memegang tangan pria tersebut dan berkata, “Sebenarnya kamu itu siapa? Mengakulah saja sebelum aku berteriak memanggil prajurit lagi.” Namun, pria tersebut menimpalinya dengan tenang. “Tenanglah, kamu tidak perlu berteriak-teriak seperti itu istriku.” “Apa maksudmu? Kamu jangan sembarangan kalau biacara, ya! Suamiku itu adalah seekor biawak.” “Ini adalah aku yang sebenarnya. Coba lihatlah kulit biawak yang aku letakkan di sudut kamar itu. Aku dulu melakukan sebuah kesalahan yang begitu fatal. Maka dari itu, aku dikutuk menjadi seekor biawak,” jelasnya. Setelah mendengar penjelasan tersebut, Putri Bungsu pun mengerti. “Lantas, adakah yang bisa dilakukan untuk melepas kutukanmu itu, Suamiku?” “Tentu saja. Aku akan terbebas dari kutukan tersebut apabila wanita yang bersedia menikah denganku membakar kulit biawak tersebut,” jawabnya. Tidak buang-buang waktu lagi, wanita tersebut kemudian mengambil kulit biawak lalu membakarnya. Sejak saat itu, pria tersebut tidak lagi berubah wujud menjadi seekor biawak. Putri Bungsu dan suaminya pun hidup bahagia. Sementara itu, kakak-kakaknya merasa sangat menyesal karena menolak menikah dengan biawak yang ternyata seorang pangeran yang tidak hanya sakti, tetapi juga tampan. Baca juga Legenda Batu Gantung Danau Toba dan Ulasannya, Kisah Tragis Wanita Cantik dari Sumatera Utara Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Pangeran Biawak Sumber Wikimedia Commons Gimana sinopsis lengkap cerita rakyat Pangeran Biawak asal Kalimantan Selatan di atas? Seru banget untuk disimak, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu juga bisa menemukan penjelasan singkat dari unsur-unsur intrinsik yang membangun kisah tersebut. Selengkapnya, bisa kamu baca berikut 1. Tema Inti cerita atau tema dari cerita rakyat Pangeran Biawak ini adalah harus menepati janji dan menerima pasangan apa adanya. Sama seperti raja yang tetap memenuhi janjinya dan Putri Bungsu yang menerima suaminya. 2. Tokoh dan Perwatakan Sementara itu, ada beberapa tokoh dari cerita rakyat Pangeran Biawak yang akan diulik. Yang pertama adalah sang raja. Ia adalah seorang yang adil, bijaksana, dan begitu menyayangi putrinya. Selain itu, ia adalah orang yang memegang teguh janjinya. Tokoh yang kedua adalah Putri Bungsu. Ia adalah seorang anak yang patuh. Ia juga seorang yang baik hati dan tidak menilai seseorang hanya dari bentuk fisiknya saja. Selanjutnya, tentu saja ada kakak-kakak dari Putri Bungsu. Bisa dibilang, mereka adalah orang-orang yang egois dan menghakimi orang dari penampilannya. Kemudian yang terakhir adalah Pangeran Biawak. Ia merupakan seseorang yang cakap dan tidak mudah putus asa. Beruntung sekali dirinya berhasil mendapatkan Putri Bungsu yang mau mencintainya meski masih berwujud biawak. 3. Latar Karena hikayat Pangeran Biawak ini berasal dari Kalimantan Selatan, maka secara umum latar tempatnya terjadi di daerah tersebut. Akan tetapi, dalam cerita juga disebutkan latar tempatnya secara spesifik, yaitu sebuah istana di pinggir sungai. Sementara itu, kamu juga bisa menemukan setting waktu cerita ini. Salah satu contohnya adalah terjadi di malam hari. 4. Alur Untuk alurnya sendiri, cerita rakyat Pangeran Biawak menggunakan alur maju. Kisahnya dimulai dari raja yang mengadakan sayembara dan yang berhasil akan dinikahkan dengan anaknya. Kemudian ada seekor biawak ajaib yang mengikuti sayembara tersebut dan berhasil. Ia kemudian menikah dengan si Putri Bungsu. Ternyata, pangeran tersebut adalah laki-laki tampan yang terkena kutukan. Di akhir cerita, Putri Bungsu dapat menghilangkan kutukan tersebut dan mereka hidup bahagia selamanya. 5. Pesan Moral Dari cerita rakyat Pangeran Biawak ini, kamu bisa memetik beberapa amanat atau pesan moral. Salah satunya adalah jangan hanya melihat orang dari tampilan fisiknya. Pangeran Biawak pada awalnya diremehkan oleh putri-putri yang lain karena dianggap menjijikkan. Tapi nyatanya, ia sebenarnya seorang pangeran yang dikutuk. Selanjutnya, kamu harus menepati janji yang telah dibuat. Sama seperti raja yang menepati janjinya untuk menikahkan sang pemenang sayembara dengan putrinya. Tak hanya itu saja, kamu harus tulus karena melakukan sesuatu. Ketulusanmu itu pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti apa yang dialami oleh Putri Bungsu. Dan yang terakhir, kamu jangan mudah berputus asa seperti Pangeran Biawak. Pada awalnya, mungkin mendapatkan gadis yang tulus mencintainya itu sulit karena bentuk fisiknya. Namun, ia mendapatkan orang yang tepat. Selain unsur-unsur intrinsiknya, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun kisah tersebut. Unsur ekstrinsik biasanya berkaitan erat dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang telah dipegang teguh. Baca juga Kisah Asal-Usul Nyi Roro Kidul Penguasa Pantai Selatan Beserta Ulasannya yang Menarik untuk Dibaca Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Pangeran Biawak asal Kalimantan Selatan Sumber YouTube – Dongeng Kita Tadi, kamu sudah menyimak ringkasan dan penjelasan unsur intrinsik di atas, kan? Eitss… tapi tunggu dulu karena ulasan ini belum selesai. Selanjutnya, kamu bisa membaca fakta menarik tentang kisah tersebut berikut ini 1. Versi Lain Namanya juga cerita rakyat yang dulunya diceritakan secara lisan, sedikit perbedaan pada plot dan nama tokoh adalah hal yang biasa. Kalau dalam versi ini, sang raja bertanya kepada putri-putrinya mengenai syarat untuk sayembara. Salah satu syaratnya, orang tersebut harus memiliki kesaktian dan bisa membangun sebuah istana yang megah untuk ditinggali bersama. Pada awalnya, mereka sudah mendapatkan enam pemuda sakti yang berhasil membangun istana dalam sekejap. Setelah selesai, ternyata masih kurang sebuah jembatan yang menghubungkan istana yang lama dan baru. Nah untuk kelanjutannya, kisahnya hampir sama seperti yang telah kamu baca di atas. Hanya saja, ada perbedaan di bagian akhirnya. Saat semuanya sudah menikah dan identitas Pangeran Biawak diketahui, hal itu membuat kakak-kakak Putri Bungsu merasa iri. Mereka merasa menyesal telah menolak Pangeran Biawak yang ternyata merupakan seorang laki-laki yang begitu tampan. Setelah itu, putri-putri tersebut kemudian menyuruh suami-suaminya untuk berdagang ke tempat yang jauh. Masing-masing dari mereka kemudian memelihara seekor biawak di kamarnya. Mereka berharap biawak tersebut bisa berubah menjadi lelaki tampan. Namun tentu saja, itu adalah hal yang sangat mustahil. Bukannya mendapati lelaki tampan di kamarnya, mereka kemudian malah kesakitan karen digigit oleh biawak-biawak liar tersebut. Para pengawal yang mendengar para putri kesakitan kemudian menyusul ke ruangannya. Tak menunggu waktu lama, mereka kemudian membuang biawak-biawak liar itu. Keesokan harinya, kakak-kakak Putri Bungsu kemudian minta maaf kepada adiknya. Mereka sadar kalau adiknya beruntung mendapatkan seorang lelaki yang tampan karena ketulusan hatinya. Tidak seperti mereka yang hanya melihat seseorang dari rupanya saja. Baca juga Kisah Hikayat Si Miskin dan Ulasan Lengkapnya yang Mengandung Nilai-Nilai Bijak Kehidupan Sudah Puas Menyimak Cerita Rakyat Pangeran Biawak di Atas? Demikianlah hikayat Pangeran Biawak asal Kalimantan Selatan yang bisa kamu simak di PosKata. Gimana, nih? Semoga saja nggak cuma menghibur, tetapi bermanfaat, ya! Kalau misalnya masih kurang puas, kamu bisa mengecek artikel-artikel lain yang nggak kalah seru. Beberapa di antaranya ada legenda Salatiga, dongeng Kelinci dan Kura-Kura, Damarwulan, dan asal-usul Gunung Semeru. Tak hanya itu saja, kamu juga bisa menyimak dongeng dari Barat dan kisah para nabi di sini, lho. Lengkap banget, kan? Maka dari itu, baca terus PosKata, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri. Singkatcerita, tibalah musim panen padi. Seluruh warga gembira melihat hasilnya menguning bernas. Demikian juga tentunya kepala desa lau Kawar memiliki kebahagiaan tersendiri mengingat ladangnya cukup luas. Apa yang diharapkan penghulu desa selama ini ternyata telah dikabulkan Tuhan pada tahun itu. www.cerita-legenda-dunia.blogspot.comJumlah Pengunjung 28,679 Cerita rakyat dari Kalimantan adalah kisah-kisah tradisional yang harus dilestarikan agar tetap abadi. Kalau perlu, tampilkan di kurikulum pembelajaran baik untuk pendidikan formal maupun non formal. Pasalnya, di dalam kisah legenda Kalimantan terdapat aneka macam petuah atau nasihat yang bagus. Bahkan, pesan moral yang ada di dalamnya juga perlu dijadikan cerminan melangkah supaya kehidupan yang dijalani lebih madani serta bermartabat. Baca juga ya 5 Alat Musik Tradisional Kalimantan Yang Masih Sering Dimainkan inilah 5 Rumah Adat Betang Di Kalimantan yang indah Sampek adalah Alat Musik Tradisional Kalimantan – foto oln_roy2k Nah, di bawah ini ada beberapa list cerita rakyat dari Kalimantan yang perlu diketahui oleh seluruh anak muda di Indonesia. Paling tidak dengannya keinginan untuk mengetahui kisah legenda semakin terpupuk. Ini dia beberapa kisah atau legenda rakyat kalimantan yang dimaksud 1. Mandin Tangkaramin Mandin Tangkaramin, Cerita Rakyat Dari Kalimantan // Mandin Tangkaramin adalah sebuah kisah legenda yang bermula dari adanya dua pemuda bernama Bujang Alai dan Bujang Kuratauan. Keduanya tinggal di sebuah kampung. Sayang kedua pemuda ini memiliki tabiat yang berbeda. Bujang Alai yang tampan rupawan dan kaya raya ini memiliki tabiat yang sombong. Sedangkan Bujang Kuratauan adalah pemuda berwajah pas-pasan dan dari keluarga sederhana yang baik. Karena sifat inilah kedua pemuda ini selalu bermusuhan. Di dalam kisah ini bisa ditangkap pesan moral kalau manusia tidak boleh sombong dan angkuh. Sebab jika dibaca dari ending cerita kalau Bujang Alai yang angkuh akhirnya meregang nyawa di tangan Bujang Kuratauan akibat sebuah perkelahian di air terjun Mandin Tangkaramin, maka bisa disimpulkan orang yang sombong pasti akan menyesal kelak. 2. Legenda Danau Lipan Legenda Danau Lipan // Cerita rakyat dari Kalimantan yang kedua adalah Legenda Danau Lipan. Legenda ini menceritakan tentang kisah cinta Putri Aji Bedarah Putih yang memiliki paras jelita. Bahkan, saking cantiknya, ketika ia sedang menyirih, maka air yang masuk ke tenggorokannya terlihat dari luar. Karena itu, ratu ini pun diperebutkan oleh raja-raja termasuk raja dari negeri Cina. Pihak kerajaan pun mulai mendatangi Putri Aji Bedarah Putih untuk mengajukan lamaran dengan membawa berbagai macam hadiah. Dari awal kisah ini, muncul konflik percintaan yang sangat ironis. Bahkan juga terselip pesan moral di dalamnya yang bisa dijadikan pedoman ketika hidup di dalam dunia yang salah satunya harus mensyukuri nikmat tuhan. 3. Asal Mula Sungai Landak Cerita rakyat dari Kalimantan, Asal Mula Sungai Landak // Cerita rakyat dari Kalimantan yang ketiga adalah Asal Mula Sungai Landak. Kisah ini bermula saat di sebuah desa ada sepasang suami istri yang hidup sederhana. Sekalipun demikian mereka memiliki hati yang baik, bahkan suka membantu sesamanya yang membutuhkan. Hingga di suatu waktu sang istri bermimpi kalau dirinya melihat hewan landak raksasa di tengah sungai yang berair jernih. Sedangkan sang suami melihat lipan raksasa berwarna putih yang keluar dari kepala istrinya lalu masuk ke dalam lubang. Ini adalah sebuah kisah legenda yang mengandung pesan moral kalau orang yang selalu berbuat kebaikan, maka ia pun akan mendapatkan kebaikan yang sama. Kisah ini juga cocok dengan falsafah “apa yang engkau tanam, maka itu yang akan kau tuai”. 4. Asal Usul Danau Melawen Asal Usul Danau Melawen // Asal Usul Danau Melawen merupakan kisah dongeng yang cukup terkenal di Kalimantan. Legenda ini mengisahkan tentang seorang pemuda tampan rupawan bernama Kumbang Banaung. Sayang, sifat yang dimilikinya tidak setampan wajahnya. Kumbang Banaung adalah pemuda yang suka melawan kepada kedua orang tuanya. Bahkan, ia memaksa ayahnya untuk ikut berburu padahal ia sedang sakit. Namun, karena ayahnya tidak mau ikut, maka ia berburu sendirian dengan rasa marah. Saat pergi berburu ia hanya membawa bekal makanan yang diberikan ibunya dan sebuah piring bernama Piring Melawen yang diberikan oleh ayahnya. Setelah pemberangkatan ke dalam hutan inilah konflik terus terjadi menimpa si pemuda. 5. Kisah Pangeran Biawak Kisah Pangeran Biawak, Cerita Rakyat Dari Kalimantan // Kisah Pangeran Biawak adalah kisah legenda di Kalimantan yang cukup populer. Cerita ini Mengisahkan tentang seorang raja yang memiliki 7 anak perempuan dewasa tetapi semuanya enggan untuk menikah. Berbagai upaya pun dilakukan tetapi tetap saja ketujuh putri masih belum siap menikah. Kecuali mereka menemukan pemuda yang tampan sekaligus memiliki kesaktian yang luar biasa. Di dalam kisah ini terdapat konflik percintaan dan perkelahian. Sebuah narasi yang memang khas dari kisah-kisah klasik yang pernah muncul di daerah-daerah Indonesia. 6. Asal Muasal Sungai Mahakam Asal Muasal Sungai Mahakam // Sungai Mahakam adalah sungai terbesar di Kalimantan. Tak dinyana, ternyata sungai ini memiliki kisah legenda tersendiri yang ceritanya sudah diketahui oleh masyarakat setempat. Menurut legenda tersebut, dulu di hulu Sungai Mahakam ada tiga orang saudara yaitu Siluq, Ongo dan Alus. Ketika sudah waktunya berburu, Siluq dan Ongo berangkat ke hutan sedangkan Alus memasak di rumah. Sesungguhnya ketika Alus memasak, masakannya selalu istimewa serta nikmat. Namun, karena keingintahuan terhadap apa yang dimasak oleh Alus, maka Siluq pun membuka tungku yang sedang mendidih padahal perjanjian di antara keduanya dilarang untuk melakukan hal tersebut. *** Itulah beberapa cerita rakyat dari Kalimantan yang perlu diketahui oleh pembaca. Sebuah kisah legenda yang perlu dilestarikan karena mengandung pesan moral yang tinggi.
KM Karya Indah tenggelam di Sungai Mahakam, Rabu (17/4) petang. 1 Orang tewas, sementara puluhan masih hilang.Manifes penumpang yang tidak jelas menyulitkan petugas memastikan berapa jumlah penumpang di kapal itu. Mariamah, korban selamat dari tenggelamnya KM Karya Indah di Sungai Mahakam mengatakan nakhoda kapal telah memberikan instruksi supaya para penumpang menyelamatkan diri Cerita rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan - Lagenda telaga bidadari. Beberapa waktu yang lalu cerita rakyat kalimantan timur dengan judul legenda burung RoakMaka untuk kali ini dongeng rakyat dari kalimantan selatan yang akan menghiasi halaman sejarah dan budaya rakyat kalimantan selatan yang di bahasa di kesempatan ini adalah cerita rakyat nusantara legenda telaga bidadari, dalam bentuk dongeng singkat. Jadi cerita dongeng rakyat kalimantan ini bukanlah cerita rakyat panjang akan tetapi cerita rakyat pendek yang menjelaskan kisah cerita yang turun temurun dari masyarakat di kalimantan bagaimana kisah cerita rakyat nusantara dengan judul legenda telaga bidadari, untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja ringkasan cerita legenda telaga bidadari dibawah rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan - Legenda Telaga BidadariAlkisah dalam cerita rakyat telaga bidadari, pada jaman dahulu kala, Ada seorang pemuda tampan bernama Awang Sukma yang tinggal di hutan. Ia adalah penguasa daerah hutan suatu hari, tiba tiba Awang mendengar suara wanita dari telaga. Ternyata di telaga tersebut ada 7 orang bidadari cantik jelita yang sedang mandi. Awang mengintip bidadari tersebut dari balik semak-semak dan mengambil salah satu dari selesai mandi, para bidadari tersebut mengambil selendangnya dan kembali ke si bungsu tidak bisa kembali karena selendangnya diambil oleh Awang Sukma. Ia pun ditinggalkan oleh keenam itu, Awang keluar dari persembunyiannya dan membujuk si bungsu untuk tinggal bersamanya. Karena takut sendirian, ia pun memutuskan tinggal bersama di rumah, Awang menyembunyikan selendang milik putri bungsu di balik lumbung padi. Hal tersebut ia lakukan lantaran tidak ingin bidadarinya memutuskan untuk kembali ke lama tinggal bersama, mereka akhirnya memutuskan untuk menikah dan dikaruniai satu orang mereka sangatlah bahagia dan berkecukupan. Namun, kebahagiaan itu mulai surut ketika si putri bungsu menemukan selendangnya saat akan mengambil padi di merasa sangat sedih dan kecewa atas kebohongan Awang selama ini. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk kembali ke khayangan dan meninggalkan Awang serta anaknya. Namun, ia berjanji akan sering kembali ke bumi untuk menengok putri pun menyesal atas perbuatannya selama ini. Ia kini tinggal berdua dengan anaknya dalam rasa penyesalan yang mendalam. - sekian -Hingga kini telaga yang ada di Kalimantan Selatan tersebut dinamai dengan Telaga Bidadari. Cerita rakyat di atas merupakan salah satu contoh dari kumpulan cerita rakyat nusantara dan legenda yang sarat akan pesan satu pesan moral dari cerita telaga bidadari yang dapat dipetik adalah jangan mencuri demi mendapatkan sesuatu yang di inginkan. Hendaklah mengusahakannya dengan cara halal. Seperti halnya Awang yang mencuri selendang putri bungsu, pada akhirnya pun ia mengalami penyesalan karena telah cerita rakyat yang singkat dan menarik dari Kalimantan selatan berjudul legenda telaga bidadari, Baca juga cerita rakyat yang singkat dan menarik atau cerita rakyat pendek lainnya seperti gunung tangkuban, danau toba, Lutung Kasarung yang telah diterbitkan sebelumnya dan cerita rakyat jawa timur, semoga contoh cerita rakyat nusantara legenda telaga bidadari diatas dapat menghibur. .